Tuliskan

Tuliskan yang kau inginkan dengan jemari yang terbimbing kebersamaan jiwa dan raga

Kepekaan dan Kesadaran

Pekalah terhadap apa yang ada di sekitar kita niscaya kau kan sadar setiap ciptaan tuhan itu begitu indahnya

Lihat Ke Luar

Kita terlalu banyak memuji diri sendiri. Lihatlah ke luar akan banyaknya manusia yang jauh hebat daripada kita, dan merenunglah

Ruang dan Inspirasi

Di setiap ruang kehidupan yang kita singgahi, pasti memiliki inspirasi tersendiri yang dapat memotivasi kita untuk menjaga hidup dalam kesucian

Istirahatkan Pikirmu, Ragamu

Berikan waktu untuk tubuh dan pikiranmu berhenti mengikutimu agar kau tak lalai siapa penciptamu

Sabtu, 03 Januari 2015

Notulis Rumpang

Akulah notulis diskusi siang bolong
Tentang didik-mendidik yang kian compong
Dari para kuli tinta,
hingga mandor kuli sandiwara
Panjang, tak berujung, berbusa-busa
Kaki, tangan, mata dan telinga berbicara
Tentang deretan bibir tanpa tanda jasa
Tentang kuli panggul yang belia

Aku hanya diam melirik
Jas hitam moderator yang mendelik
Aku hanya diam menyimak
Suara-suara riuh berpaut serak
Tentang keringat guru yang berteriak
Tentang buku ajar yang penuh sajak
Tentang atap langit kusam yang rusak
Tentang dinding dan harap yang retak
Tentang tata tertib, karakter, kurikulum, silabus, indikator,
teori, rumus, angka, tulisan, hitungan, hafalan,
konsep, spiritual, nalar, logika, durasi, emosi,
muak mereka teriak.
Semua berputar dalam kepala yang terdepak
Oleh kaki mandor-mandor yang tamak

Kutulis dengan cermat
Kata perkata dengan pensil baru
Tak setitikpun terlewat
Hingga baris seribu satu
Hingga pensil bersisa kepala
Badannya terpenggal goresan hitam
Hingga tinggal angin yang kugenggam
Tuliskan gores kekosongan
Hingga gelap yang menenggelam
Tuntaskan terang tanpa simpulan
Akankah lampu datang melanjutkan?


Semarang, Desember 2014

Selasa, 04 November 2014

Bicaraku

Pagi,
Tak brementari
Hanya embun memadati
Kayu-kayu habis terbakar api

Harusnya,
daun-daun menyadari
bisa hidup tanpa mentari
karena sejuk menemani

Tapi,
Telah lama akar terpaut
Pada sinar hangat memagut
Memaksanya tunduk menurut

Memang,
Itu yang rumit merenda
Benang yang terpilin ganda
Panjang terikat simpul doa

Biar,
Daun mengembun sendiri
Mentari terenggut hanyut
Dalam-sedalam palung dada


2010



Jumat, 31 Oktober 2014

Di Ujung Pagi

Walau tervonis mati malam nanti
Imanku tiada goyah sama sekali
Doa yang kupanjatkan tiada henti
yang  menggantung di ujung dahi
Aku mohon, kirimkan aku melati

Semarang, 31 Oktober 2014

Minggu, 26 Oktober 2014

Dari Sudut Palsu

Di sudut kelas aku duduk bersila
Melihat mahasiswa maju tanpa kata
Di sudut kelas aku duduk bersandar
Menyaksikan mahasiswa maju bergentar
Rambut-rambut mereka disisir penuh muak
Botol-botol aqua mereka berisi tuak

Dosen memegang kacamata yang retak
Bersin ulang kali keluarkan dahak
Memandang laptop sambil dicas
Senyum sendiri tak berbalas

Sobekan kertas-kertas berjatuhan
Dari laci-laci meja yang usang
Bertanda tanpa makna, 
coretan tak terbaca.

Memang kritisku mending berlalu
Bila kertas-kertas itu tersapu debu
Memang benar itu sebuah pigura
Potret palsu senyum mahasiswa


Semarang, 27 Oktober 2014

Kamis, 01 Agustus 2013

Penyampaian

tiap pandang kusisipkan sebuah pesan
tentang suara hati yang tak mau diam
sebuah gelora dari pandang yang penuh kesan
tuk gapai api cahaya tiada padam

ku harap kau dapat mengeja
guratan langkah yang tiada lelah
kuharap kau dapat membaca
untaian simpul bibir merekah
yang tersemat dalam titik-titik embun
begitu saja terhempas di ujung daun

hingga kan kau terima
sajak diri penuh arti
hingga kan kau genggam
erat, kuat
simpul diri satukan hati














Kamis, 11 November 2010

Tidak Ada Penerima

Peti mati masih berlumur darah
Ketika hendak ku kubur masa lalu
Angin malam menyeruak merebah
Ketika semua pelayat berlalu

Biar tak peduli
Biarkan jadi pelajaran tersendiri
Bagi mustika penjaga jiwa
Bagi relung yang runtuh lara
Ku bisikkan lagu seriosa
Pada ilalang di tepi nisan
Agar mereka tahu semuanya
Ku ingin jadikannya teman

Meski tanah telah berganti
Meski serangga yang penuh melodi
Namun dalam hati
telah ku remas sobekan kertas buram
Dan ku buang jauh di sudut makam

Muhammad Arbi
( Purbalingga , Oktober 2010 )


Sabtu, 16 Oktober 2010

Sumpah di Siang Hari


Ufuk sudah setengah jalan
Masih rumpang di bawah lengan
Satukan jemari
Kuatkan iman
Ketika ku berlari tanpa lawan

Setapak ini penuh rumput-rumput tajam
Tak mau ku jajaki sesuka hati
Lebih ganas dari geraman jeram
namun ku berlari memeluk sunyi

Kan ku genggam sumpah ini
Untuk selalu ku kejar mentari
Agar kala senja nanti
Cerah penuh arti